Semakin Menjauh...
Astaghfirullah,
Ya Rabb kami memohon ampunan atas semua kesalahan kami selama ini. Fenomena! Lain
hari ini, lain hari kemarin. Ada apa gerangan di hari ini?
Kemarin,
mereka dan para sahabat saling berebut atau saling berlomba untuk berbuat baik
kepada sesama. Hari ini, kita begitu berat hati melakukan itu dan berpikir
lebih akan untung atau rugi.
Kemarin,
ketika ada yang bertanya siapa yang
shalat tadi malam? Serentak mereka mengangkat tangan dan yang tidak mengangkat
seakan merasa sangat malu. Hari ini, ketika pertanyaan yang sama juga
ditanyakan, mungkin ada satu dua yang mengangkat tangan, lalu karena sedikit
yang mengangkat mereka malah menjadi malu.
Kemarin,
setiap panggilan untuk shalat dikumandangkan, serentak apa yang di sekitar
mereka mereka tinggalkan, lalu menuju Jami’ untuk berjamaah. Hari ini, seakan
azan hanya angin yang lewat, berhembus melewati telinga, tidak masuk ke dalam
hati.
Kemarin,
waktu Rasul mengatakan ini adalah haram, seketika perkara itu mereka
tinggalkan. Hari ini, ragu-ragu menyelimuti hati kita yang kotor, berbisik
kata-kata ‘Rasul kan gak lihat’.
Kemarin,
sebagian orang datang kepada Rasulullah dan bertanya, ‘apakah sebaik-baik
islam?’ karena mereka ingin berusaha mencapai derajat sebaik-baik muslim. Hari ini,
jangankan bertanya, bertemu ulama saja berat.
Kemarin,
sesuatu yang tegap seperti tiang listrik dalam remang-remang itu adalah seorang
muslim. Hari ini, itu hanya sebuah tiang listrik yang sebenarnya.
Kemarin,
ketika ada yang menawarkan makanan atau jamuan, berkata, ‘aku sedang puasa’. Hari
ini, ketika ada yang bilang, ‘yuk puasa yuk!’ lalu dijawab, ‘waduh besok aku
ada kerjaan, ada ujian, ada ini itu banyak sekali’.
Kemarin,
para pencinta ilmu itu datang, mengetuk pintu, berjalan dari satu rumah ke
rumah lain, dari kota ke kota lain, tanpa buku, sedikit kertas, hanya bekal hafalan.
Hari ini, sekolah ada, guru datang, buku lengkap, kendaraan ada, namun murid
keberatan untuk datang.
Kemarin,
satu ayat saja mampu meneteskan air mata, mengalir sampai dagu mereka, karena
hati bersih mereka. Hari ini, sudah satu lembar, satu juz, satu khatam, namun
air mata tak juga menetes, karena hati yang tidak kunjung bersih.
Kemarin
sudah berlalu, hari ini nyatanya begitu, entah bagaimana masa depan kami itu,
semoga ulama kami sabar tuk mengajak kami menuju jalan-Mu. Serasa hari ini
kami begitu jauh dari ridho-Mu, semakin jauh, jauh, dan jauh. Tapi kami tahu,
selangkah kami berjalan menuju-Mu, Kau berlari menuju kami ya Ghafur Tuhanku. Tiada
cahaya yang datang menerangi jalan kami, jika tidak karena ridho yang telah Kau
beri. İnilah kami, hamba yang tidak tahu diri, selalu berdosa di setiap hari,
namun masih saja berani mengangkat tangan ini. Ya Rabbi, Sang Maha Pengampun
adalah nama-Mu, kami tahu itu dari ayat yang dibawa Rasul-Mu, dalam Al-qur’an
yang indah itu. Ampunilah kami, tunjukkanlah jalan kami, iringilah jalan kami,
tetapkanlah hati kami dalam cinta-Mu yang abadi. Anugerahkanlah istiqamah di
setiap pekerjaan kami, di sepanjang hidup kami, dimana pun kami. Amin ya Rabbal
alamin, Amin ya Ghafurudzunub, Amin ya Arhamarrahimin.
Kahramanmaras
Turki, 30 Nov 2013
Komentar
Posting Komentar