Pembuat Jalan

Hidup adalah perjalanan. Di atas kehidupan ada jalan-jalan yang terbentang. Setiap jalan memiliki satu tujuan. Namun tidak semua tujuan bisa kita tuju, tidak di semua jalan bisa kita jalani. Hanya ada satu jalan yang akan kita pilih, hanya ada satu tujuan yang akan kita tuju.

Melihat kepada sejarah adalah pekerjaan melihat kepada para pembuat jalan. Sebelum menentukan jalan yang akan kita lewati, kita harus tahu pasti siapakah pembuat jalan-jalan ini. Tanpanya, bisa jadi tujuan kita akan salah, bisa jadi jalan yang kita lewati adalah tidak benar.


Sesungguhnya tidak ada resiko dalam memilih jalan, meski kita pernah salah dalam memilih bisa jadi nanti kita kembali berjalan dan menemukan jalan yang benar. Namun sayang, waktu kita tidak banyak. Secara tiba-tiba, nyawa kita mungkin bisa hilang, karena maut selalu datang tiba-tiba. Artinya, dari sekarang kita perlu menentukan jalan yang benar itu.

Kehidupan ini tidak tercipta dengan sendiri, begitu pula jalan yang terbentang ini. Sang Pencipta telah menciptakan dunia dengan jalan-jalannya, juga cahaya terang yang berada pada jalan-Nya. Kita hanya perlu menemukan cahaya itu, lalu mengikutinya sampai pada tujuan.

Muhammad, adalah seorang utusan Tuhan yang Esa. Dialah utusan yang akan membawa dan menunjukkan letak cahaya untuk menemani perjalanan kita. Coba kenali utusan ini, telitilah dari sumber terpercaya manapun. Barang siapa mengikutinya, maka dia mengikuti Tuhannya. Namun utusan itu sudah tiada, lalu bagaimana kita mengikutinya? Tenang, cahaya itu masih berjalan hingga masa kini. Karena Muhammad meninggalkan dua hal sebagai lampu penerang sepanjang perjalanan. Keduanya adalah Al-qur’an dan Sunnah. Barang siapa perpegang dengan dua hal ini, maka dia berada pada jalan yang benar, sampai tujuannya. Al-qur’an adalah perkataan Tuhan, dan sunnah adalah seluruh kehidupan Muhammad.

Para pembuat jalan yang baru, semakin hari semakin bertambah. Banyak kelompok baru datang dan merubah dasar pegangan. Mereka menafsirkan sekehendak mereka, menjauhi arti aslinya. Sebenarnya mereka bukan pro akan jalan benar ini, mereka adalah kontra dan pro pada jalan yang lain. Akhirnya, jalan yang benar itu bercabang, yang satu masih berada dalam jalan yang lurus, yang lain membelok ke arah yang lain karena ulah mereka. Hanya ada satu jalan yang benar dan semoga kita masih berada di atas jalan itu.

Para pengikut Muhammad masih terus meneruskan perjalanan. Mereka masih memegang erat dua hal tadi sebagai penerang jalan. Meski mereka bukan pembuat jalan, tapi mereka penerus yang tidak terpengaruh oleh waktu. Kita harus mengikuti di belakang mereka, agar jalan kita terang, sampai pada tujuan. Tidak hanya mengikuti di belakang, namun kita juga perlu memegang seerat-eratnya pegangan itu, hingga orang lain pun mengikuti kita.

Alangkah mulianya menjadi pembuat jalan, ketika jalan yang ia buat benar, maka kebaikan akan selalu mengalir kepadanya. Alangkah jeleknya si pembuat jalan, ketika jalan yang ia buat salah, akan mengakibatkan petaka dan kejelekan yang tidak ada ujungnya, yang akan selalu mengalir kepadanya. Oleh karena itu hati-hati, jalan benar kita sudah ada, kita hanya perlu mengikuti dan memegang erat pegangan yang akan menerangi jalan kita. Entah seberapa pun halangan yang menghalagi jalan kita, lentera ini akan selalu berguna hingga akhir masa.

Kahramanmaras Turki, 1 Des 2013

Komentar

Postingan Populer